Human Resources Archives - HEXs Indonesia https://highlandexperience.co.id/tag/human-resources Experience is Learning Wed, 23 Oct 2024 09:54:44 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.7 https://highlandexperience.co.id/wp-content/uploads/2020/03/cropped-hexs-indonesia_logo-32x32.png Human Resources Archives - HEXs Indonesia https://highlandexperience.co.id/tag/human-resources 32 32 Pelatihan dan Pengembangan SDM | Human Resource Development https://highlandexperience.co.id/pengertian-pelatihan-pengembangan-sdm Wed, 23 Oct 2024 09:54:43 +0000 https://highlandexperience.co.id/?p=471 Human Resource Development – Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam konteks organisasi perusahaan merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas kehidupan kerja karyawan, yang pada akhirnya berdampak pada pencapaian produk dan layanan berkualitas tinggi sesuai dengan target yang telah direncanakan. Program ini menitikberatkan pada pendekatan yang terstruktur dan sistematis dengan tujuan utama untuk meningkatkan [...]

The post Pelatihan dan Pengembangan SDM | Human Resource Development appeared first on HEXs Indonesia.

]]>
Human Resource Development – Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam konteks organisasi perusahaan merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas kehidupan kerja karyawan, yang pada akhirnya berdampak pada pencapaian produk dan layanan berkualitas tinggi sesuai dengan target yang telah direncanakan. Program ini menitikberatkan pada pendekatan yang terstruktur dan sistematis dengan tujuan utama untuk meningkatkan penguasaan keahlian (skill) serta kemampuan dalam bidang pekerjaan, memperdalam pengetahuan spesifik terkait tugas yang dihadapi, serta mengembangkan soft skills yang dimiliki oleh setiap individu di lingkungan kerja.

Dengan demikian, karyawan, yang dianggap sebagai aset perusahaan, harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia (Human Resource Development). Hal ini bertujuan agar setiap karyawan dapat menggali dan memaksimalkan potensi pribadi yang mungkin belum terwujud sepenuhnya, sehingga berkontribusi optimal bagi kemajuan organisasi.

Lebih lanjut, hak atas pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia tidak hanya terbatas pada karyawan perusahaan semata, melainkan merupakan hak yang dijamin untuk setiap warga negara. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional,1. hak ini dilindungi secara filosofis oleh negara, sebagaimana diatur dalam Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan pada Ayat (1) bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.”


H O T L I N E +62 811-1200-996

RESERVASI



HEXs Indonesia adalah organisasi yang berfokus pada pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia dengan metode experiential learning sebagai media belajar dan pembelajaran.


Estimated reading time: 38 minutes

Pelatihan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Human Resource Development)

Human Resource Development – Pelatihan dan pengembangan (Training and Development) merujuk pada struktur total dan program di dalam dan luar pekerjaan karyawan yang dimanfaatkan perusahaan dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, utamanya untuk kinerja pekerjaan dan promosi karir. Biasanya pelatihan (training) merujuk pada pengembangan ketrampilan bekerja (vocational) yang dapat digunakan dengan segera. (Sjafri :2003: 135).

Dan, HEXs Indonesia (Highland Experiential Indonesia) adalah organisasi yang berfokus pada pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia (Human resource development) dengan pendekatan experiential learning sebagai metodelogi pembelajaran. Fokus program yang bercirikan petualangan dan aktifitas sosial meliputi

Pelatihan dan pengembangan (Training and Development) sumber daya manusia dengan fokus program seperti termaktub diatas, kegiatannya di laksanakan di Highland camp yang berada di punggungan barat Gn. Paseban, di pegunungan Halimun dan desa Halimun yaitu 5 desa wisata di zona penyangga yang ada di pegunungan Halimun.

Dalam pelatihan dan pengembangan SDM, Outbound sebagai metode kerap digunakan dalam penerapan Experiential Learning yang dikenal sebagai outbound training atau Outbound Management Training (OMT). 

Selain sebagai sebuah metode Pelatihan dan Pengembangan SDM, pada saat ini outbound terbagi dalam 3 kategori yaitu Outbound sebagai edukasi (Outbound Educational), Outbound sebagai rekreasi (Outbound Recreational) atau yang dikenal dengan ‘fun OTBON’ dan Outbound petualangan (Outbound Adventure).

Pelatihan dan Pengembangan SDM artinya menurut para ahli

Human Resourse Development – Dalam pengelolaan sumber daya manusia, pelatihan dan pengembangan (P&P) kerap menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan. Meski demikian, ada sebagian orang yang mengartikan P&P sebagai satu kesatuan yang sama, padahal sebenarnya keduanya memiliki perbedaan.

Pelatihan adalah proses untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan khusus kepada seseorang agar dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Pelatihan biasanya diberikan dalam jangka waktu singkat, misalnya beberapa hari atau beberapa minggu, dan berfokus pada penguasaan keterampilan teknis dan praktis yang dibutuhkan dalam pekerjaan.

Sementara itu, pengembangan adalah proses jangka panjang untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam hal pekerjaan dan karir. Pengembangan meliputi berbagai aspek seperti peningkatan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang diperlukan untuk mencapai tujuan jangka panjang individu dan organisasi. Pengembangan juga dapat berupa pembelajaran secara formal atau informal, mentoring, coaching, dan berbagai program yang dirancang khusus untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan individu.

Pelatihan dan Pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) adalah suatu proses yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam organisasi. Pelatihan dan pengembangan SDM bertujuan untuk membantu karyawan agar memiliki keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan dan mencapai tujuan organisasi.0

Pada dasarnya, pelatihan dan pengembangan SDM dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu pelatihan yang dilakukan di dalam organisasi (in-house training) dan pelatihan yang dilakukan di luar organisasi (outbound training). Pelatihan in-house biasanya meliputi pelatihan teknis seperti penggunaan perangkat lunak, manajemen proyek, dan keterampilan komunikasi. Sementara pelatihan outbound lebih fokus pada pengembangan keterampilan sosial dan kepemimpinan.

Pelatihan dan pengembangan SDM menjadi penting karena organisasi harus memastikan bahwa karyawannya memiliki kemampuan yang cukup untuk memenuhi tuntutan pekerjaan. Pelatihan dan pengembangan SDM juga dapat membantu organisasi meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Selain itu, pelatihan dan pengembangan SDM juga dapat membantu organisasi mempertahankan karyawan yang berkualitas tinggi dan meningkatkan citra perusahaan di mata karyawan dan masyarakat.

Untuk memaksimalkan manfaat dari pelatihan dan pengembangan SDM, organisasi harus merancang program pelatihan yang efektif dan efisien. Program pelatihan harus didasarkan pada analisis kebutuhan pelatihan yang dilakukan secara sistematis. Analisis kebutuhan pelatihan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi kesenjangan keterampilan karyawan dan kebutuhan organisasi. Setelah itu, organisasi harus merancang program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.

Selain itu, organisasi juga harus memilih metode pelatihan yang tepat. Metode pelatihan yang paling umum digunakan adalah ceramah, diskusi kelompok, studi kasus, dan simulasi. Metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pelatihan dan karakteristik peserta pelatihan.

Pengertian Pelatihan (training)

pelatihan dan pengembangan sdm
Figure 2 : Human Resources Development

Human Resource Development – Pelatihan atau training merujuk kepada cara untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian-keahlian sebagai sebuah hasil dari pembelajaran mengenai kejuruan atau keahlian-keahlian praktis dan pengetahuan yang berhubungan kepada kompetensi-kompetensi spesifik yang berguna. Pelatihan (training) adalah sebuah konsep manajemen sumber daya manusia yang sempit yang melibatkan aktivitas-aktivitas pemberian instruksi-instruksi khusus yang direncanakan (seperti misalnya pelatihan terhadap prosedur-prosedur operasi pelatihan yang spesifik) atau pelatihan keahlian (seperti misalnya pelatihan yang berhubungan dengan tugas, program-program pengenalan pekerjaan). Chris Rowley, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hal. 436.

Kata pelatihan atau training menurut Poerwadarminta (1986) berasal dari kata “latih” ditambah berawalan pe, dan akhiran an yang artinya telah biasa, keadaan telah biasa diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar atau diajar. Latihan berarti pelajaran untuk membiasakan diri atau memperoleh kecakapan tertentu. Pelatih adalah orangorang yang memberikan latihan.

Pelatihan (training) adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan ke pada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi.” (Hamalik, 2000, hal. 10). Sedangkan Menurut Jusmaliani, pelatihan atau training adalah proses melatih karyawan baru atau karyawan yang akan memperoleh penempatan baru dengan ketrampilan dasar yang diperlukanya untuk melaksanakan pekerjaan. (Jusmaliani. M.E, Pengelolaan Sumber Daya Insani, Surakarta :Bumi Aksara, 2011, hal. 99).

Menurut Wilson Bangun pelatihan (training) sendiri adalah proses untuk mempertahankan atau memperbaiki ketrampilan karyawan untuk menghasilkan pekerjaan yang efektif. (Wilson Bangun, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Erlangga, 2012, hal. 201).

Pelatihan atau training adalah proses pengubahan sistematik perilaku para karyawan dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan organisasional Dengan demikian pelatihan (training) adalah suatu proses peningkatan dan usaha untukmenyempurnakan bakat, keterampilan, kecakapan, kemampuan dan keahlian karyawandalam menjalankan tugas pekerjaannya serta guna mewujudkan tujuan perusahaan. Pelatihan atau training merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusiadalam dunia kerja. Karyawan baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlumengikuti pelatihan (training) karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya (Simamora 2008:34)

Menurut Rivai (2014 : 164) pelatihan atau training adalah proses secara sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi.”. Dan menurut Dessle, pelatihan atau training adalah proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka (Dessle 2004:56).

Pelatihan atau training adalah setiap usaha untuk memperbaiki performasi pekerjaan pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi jawabnya atau suatu pekerjaan yang adakaitannya dengan pekerjaan supaya efektif. Pelatihan (training) biasanya harus mencakup pengalaman belajar, aktifitas-aktifitas yang terencana dan desain sebagai jawaban ataskebutuhan-kebutuhan yang berhasil diidentifikasikan. Pelatihan (training) dimaksudkan untukmemperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan pekerjaantertentu, terperinci dan rutin (Handoko, 2010:104).

Pelatihan atau training adalah suatu proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur-prosedur yang sistimatis dan terorganisir,sehingga karyawan belajar mengenai pengetahuan teknik dan keahlian untuk tujuan tertentu ( Hasibuan 2008:69).

Menurut Hani Handoko (2001:104) pengertian latihan dan pengembangan (Development) adalah berbeda. Latihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagal ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Yaitu latihan rnenyiapkan para karyawan (tenaga kerja) untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang. Sedangkan pengembangan (Developrment) mempunyai ruang lingkup Iebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dlan sifat-sifat kepribadian.

Pelatihan atau training adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggungjawabnya. Menurutnya istilah pelatihan (training) sering disamakan dengan istilah pengembangan (Development), perbedaannya kalau pelatihan (training) langsung terkait dengan performansi kerja pada pekerjaan yang sekarang, sedangkan pengembangan (Development) tidaklah harus, pengembangan (Development) mempunyai skcope yang lebih luas dibandingkan dengan pelatihan (training). (Gomes:2003:197).

Pelatihan (training) Iebih terarah pada peningkatan kemampuan dan keahlian SDM organisasi yang berkaitan dengan jabtan atau fungsi yang menjadi tanggung jawab individu yang bersangkutan saat ini ( current job oriented). Sasaran yang ingin dicapai dan suatu program pelatihan (training) adalah peningkatan kinerja individu dalam jabatan atau fungsi saat ini. Pengembangan (Development) cenderung lebih bersifat formal, menyangkut antisipasi kemampuan dan keahhan individu yang harus dipersiapkan bagi kepentingan jabatan yang akan datang. Sasaran dan program pengembangan (Development)menyangkut aspek yang lebih luas yaitu peningkatan kemampuan individu untuk mengantisipai perubahan yang mungkin terrjadi tanpa direncanakan(unplened change) atau perubahan yang direncanakan (planed change). (Syafaruddin:200 1:2 17).

Adapun perbedaan antara pelatihan (training) dan pengembangan (Development) menurut Syafaruddin, tujuan Pelatihan (training) untuk peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan saat ini. Dengan sasaran Peningkatan kinerja jangka pendek, Orientasinya untuk kebutuhan jabatan sekarang, dan Efek terhadap keterkaitan dengan karir relatif rendah. Sementara pengembangan (Development) memiliki tujuan untuk peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan yang akan datang, sasarannya untuk Peningkatan kinerja jangka panjang dan orientasi nya pada Kebutuhan perubahan terencana atau tidak terencana, sementara efek terhadap keterkaitan dengan karir relatif tinggi.

Pelatihan (training) adalah ah program- program untuk memperbaiki kernampuan melaksanakan pekerjaan secara individual, kelompok dan/atau berdasarkan jenjang jabatan dalam organisasi atau perusahaan. Sedangkan pengembangan (Development) karir adalah usaha yang diakukan secara formal dan berkelanjutan dengan difokuskan pada peningkatan dan penambahan kemampuan seorang pekerja. Dan pengertian ini menunjukkan bahwa fokus pengernbangan karir adalah peningkatan kemampuan mental tenaga kerja. (Hadari:2005:208).

Pengertian Pengembangan (Development)

pelatihan dan pengembangan sdm
Figure 3 : Training & Development

Human Resource Development – Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) (Human resource development) dalam organisasi, hakikatnya merupakan suatu usaha demi peningkatan daya saing terhadap ancaman lingkungan eksternal dan upaya meningkatkan daya inovatif demi menciptkan peluang. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam organisasi bersifat integral sebagai individu dan sistem serta organisasi sebagai wadah SDM secara terencana dan berkesinambungan untuk menigkatkan kompetensi pekerja melalui program pelatihan (training), pendidikan, dan pengembangan (Noe, 2008).

secara umum Pengembangan (development) dalam konsep human resource development artinya sebagai penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang Iebih tinggi dalam perusahaan, organisasi, lembaga atau instansi pendidikan.

Menurut Handoko (2010 :104), Pengembangan (development) karyawan dimaksudkan untuk menyiapkan karyawan untuk memegang tanggung jawab pekerjaandi masa yang akan datang. Pengembangan karyawan bisa dilakukan secara formalmaupun informal. Secara formal berarti karyawan ditugaskan oleh perusahaan.Sedangkan secara informal berarti karyawan melatih dan mengembangkan dirinya ataskeinginan dan inisiatif sendiri tanpa ditugaskan oleh perusahaan. Program pengembangan karyawan akan membuat karyawan semakin produktif sehinggamemungkinkan organisasi atau perusahaan mempertimbangkan untuk melakukan pengembangan karir karyawan. 

Pelatihan dan Pengembangan (development)  karyawan7 sebagai aktivitas pengembangan (development) karir karyawan terhadap organisasi, penyediaan landasan bagi karyawanagar dapat berprestasi secara efektif dan menghasilkan prestasi baru dalam lingkungan perusahaan. Pengembangan (development) karyawan dalam pelaksanaannya seringkali dilakukan untukmembantu karyawan memasuki dunia kerja yang kompetitif yang berbeda dari kondisikehidupan sebelumnya Karyawan yang akan mengikuti program pengembangan (development) adalah karyawan baru agar memahami, terampil, dan ahli dalam menyelesaikan pekerjaannya, dan karyawan lama supaya mereka lebih memahami technical skill,human skill, conceptual skill, dan managerial skill (Simamora 2008 : 268).

Menurut Rivai (2014 : 164) pengembangan manajemen adalah suatu proses bagaimana manajemen mendapatkan pengalaman, keahlian dan sikap untuk menjadi atau meraih sukses sebagai pemimpin dalam organisasi mereka.


Pengembangan SDM bertujuan untuk menemukan dan mengeluarkan potensi yang ada pada diri karyawan yang mungkin selama ini masih terpendam, untuk tujuan pengembangan personal dan perusahaan.

Konsep Pengembangan SDM

Pengertian Sumber Daya Manusia

human resource development artinya
Figure 5 : Sumberdaya Manusia

Human Resource Development – Kata “Sumber Daya” menurut Poerwadarminta, menjelaskan bahwa dari sudut pandang etimologis kata “sumber” diberi arti “asal” sedangkan kata “daya” berarti “kekuatan” atau “kemampuan”. Dengan demikian sumber daya dalam konsep human resource development artinya “kemampuan”, atau “asal kekuatan”. Pendapat lain mengatakan bahwa Sumber Daya diartikan sebagai alat untuk mencapai tujuan atau kemampuan memperoleh keuntungan dari kesempatan-kesempatan tertentu, atau meloloskan diri dari kesukaran sehingga perkataan sumber daya tidak menunjukkan suatu benda, tetapi dapat berperan dalam suatu proses atau operasi yakni suatu fungsi operasional untuk mencapai tujuan tertentu seperti memenuhi kepuasan. Dengan kata lain sumber daya manusia merupakan suatu abstraksi yang mencerminkan aspirasi manusia dan berhubungan dengan suatu fungsi atau operasi. Susilo Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE, 1992), hal. 02

Sumber Daya Manusia dapat didefinisikan sebagai semua manusia yang terlibat di dalam suatu organisasi dalam mengupayakan terwujudnya tujuan organisasi tersebut, Sayuti Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia : pendekatan non sekuler, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2000), h. 3

Sumber daya manusia adalah orang-orang yang ada dalam organisasi yang memberikan sumbangan pemikiran dan melakukan berbagai jenis pekerjaan dalam mencapai tujuan organisasi. Sumbangan yang dimaksud adalah pemikiran dan pekerjaan yang mereka lakukan di berbagai kegiatan dalam perusahaan. Dalam pengertian sumber daya manusia, yang diliput bukanlah terbatas kepada tenaga ahli, tenaga pendidikan ataupun tenaga yang berpengalaman saja tetapi semua tenaga kerja yang digunakan perusahaan untuk mewujudkan tujuan-tujuannya. Sadono Sukirno, Pengantar Bisnis, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), hal. 172

Menurut Ambar (1995) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik ” memberikan defini terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi atau disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja maupun karyawan. Sumber Daya Manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam wujudkan eksistensinya. Sumber daya Manusia (SDM) adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal nonmaterial atau non-finansial di dalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Dan, Dalam bukunya “manajemen sumber daya manusia’ Danang Sunyoto memiliki pendapat bahwa sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja dilingkungan atau organisasi, disebut juga personal, tenaga kerja, pegawai atau karyawan. Sumber daya manusia disebut juga potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal (non material atau non financial) didalam sebuah organisasi, yang dapat mewujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi.

Menurut Veithzal Rivai SDM adalah seorang yang siap, mau dan mampu memberi sumbangan usaha pencapaian tujuan organisasi. Selain itu sumber daya manusia merupakan salah satu unsur masukan (input) yang bersama unsur lainnya seperti modal, bahan, mesin dan metode/teknologi diubah menjadi proses manajemen menjadi keluaran (output) berupa barang atau jasa dalam usaha mencapai tujuan perusahaan, Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 6.

Nawawi membagi pengertian SDM menjadi dua, yaitu pengertian secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah semua manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam batas wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah maupun belum memperoleh pekerjaan (lapangan kerja). Pengertian SDM dalam arti mikro secara sederhana adalah manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain-lain, Hadari Nawawi, Perencanaan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003), h. 37.

Sumber Daya Manusia yang berhasil dikembangkan potensinya dengan baik akan memberikan efisiensi operasional sehingga dapat membantu pertumbuhan perusahaan dan mencapai goal.

Perbedaan Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

pelatihan dan pengembangan sdm
Figure 6 : Training versus development

UkuranPengembangan SDMPelatihan SDM
Ditujukan kepada siapa ?Karyawan yang sudah ada untuk mengembankan potensinya.Karyawan baru agar memiliki keahlian (skill) yang dibutuhkan dalam perusahaan.
Berapa lama jangka waktunya ?Berkelanjutan selam karyawan masih bekerja di perusahaan.Biasanya tiga sampai enam bulan, atau bahkan lebih untuk kemampuan yang lebih spesifik
Apa tujuan programnyaBerfokus pada pengembangan pengetahuan, pemahaman dan kompetensi, untuk mengatasi tantangan dimasa depan.Berfokus pada pengembangan keterampilan dan pengetahuan untuk pekerjaan saat ini.
Apa orientasi kegiatannyaBerorientasi pada karir termasuk kualitas diri sehingga cakupannya lebih luas daripada pelatihanTerbatas dan berorientasi pada pekerjaan tertentu, semisal teknik mesin.
Pelatih/MentorPengembangan SDM biasanya dilakukan manajer divisi dan diawasi HRD.Biasanya dilakukan oleh tim khusus dan bukan dari dalam perusahaan.
Sumber : Ilmu Manajemen Industri, 2019

Tujuan Pelatihan dan Pengembangan SDM

human resource development
Figure 7 : Human Resources

Human Resource Development – Menurut Pasal 9 Undang-undang Ketenaga kerjaan Tahun 2003, pelatihan (training) kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan. Tujuan pelatihan (training) dan pengembangan  SDM (Human resource development) pada dasarnya dikelompokan ke dalam lima bidang : 1. Memperbaiki kinerja, 2. Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi, 3. Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar agar kompeten dalam pekerjaan, 4. membantu memecahkan masalah operasional, 5. Mempersiapkan karyawan untuk promosi.

Dan, menurut Heidjrachman dan Husnan (1993) yang mengemukakan bahwa sesudah pegawai diperoleh, sudah selayaknya kalau mereka dikembangkan. Pengembangan (Development) ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan melalui latihan (training), yang diperlukan untuk dapat menjalankan tugas dengan baik. Kegiatan ini makin menjadi penting karena berkembangnya teknologi dan makin kompleksnya tugas-tugas pimpinan. Bahkan pengembangan sumber daya manusia (Human resource development) merupakan keharusan mutlak untuk menghadapi tuntutan tugas sekarang maupun untuk menjawab tantangan di masa yang akan datang. Sesungguhnya tujuan latihan atau tujuan pengembangan (Development) pegawai yang efektif adalah untuk memperoleh tiga hal yaitu menambah pengetahuan, menambah ketrampilan dan merubah sikap dari pegawai tersebut.

Manajemen Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

pelatihan dan pengembangan sdm
Figure 8 : Manajemen Pelatihan dan Pengembangan SDM

Human Resource Development Artinya – Menurut Syarifudin (2005: 1) Manajemen adalah kemampu-an mengarahkan dan menggerakkan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan dari kelompok manusia dengan menggunkan potensi-potensi sumber daya manusia dan sumberdaya lainnya. dan menurut Husaini dalam buku yang berjudul “manajemen teori, praktek dan riset pendidikan” memberikan pendapat tentang manajemen yang merupakan proses kegiatan yang berkaitan dengan sumber daya organisasi yang efektif maupun efesien, guna pencapaian pada kebutuhan organisasi

Pelatihan (training) adalah semua kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja pegawai pada pekerjaan yang sedang atau yang akan dihadapi. Oleh karenanya pelatihan (training) (Sutrisno, 2016) dapat diartikan sebagai keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan potensi, produktivitas, disiplin dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu dengan jenjang kualifikasi atau pekerjaan. Dan, Pengembangan (Development) merupakan kegiatan yang di arahkan untuk menyiapkan pegawai pindah kejabatan baru karena ada pengembangan (Development) , perubahan atau pertumbuhan dalam organisasi.

Proses Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

human resource development artinya
Figure 9 : Proses Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Human Resource Development – Pelatihan (training) haruslah meningkatkan efektivitas karyawan, meningkatkan kepuasan karyawan, memenuhi program kesempatan kerja yang sama dan mencegah keusangan karyawan. Dan. Pelatihan sumber daya manusia (SDM) adalah suatu proses yang penting bagi organisasi untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan kerja karyawan.

Diagnosis aspek situasi lingkungan dan organisasional serta analisis pekerjaan merupakan langkah pertama dalam menyusun program pelatihan dan pengembangan (Development). Ada 4 (empat) karakteristik perusahaan menurut Henry Simamora yang menyelenggarakan praktik pelatihan (training) yang paling efektif:

  • Manajemen puncak memiliki komitmen terhadap pelatihan (training) dan pengembangan (Development), pelatihan merupakan bagian dari kultur perusahaan.
  • Pelatihan (training) bertalian dengan tujuan dan strategi bisnis dan terkait erat dengan hasil laba usaha.
  • Terdapat pendekatan yang sistematik dan komprehensif terhadap pelatihan (training), pelatihan dan pengembangan (Training and Development) dilaksanakan di semua lapisan organisasi secara berkesinambungan.
  • Terdapat komitmen untuk menginvestasikan sumber daya yang perlu guna menyediakan waktu dan dana yang memadai bagi pelatihan (training). (2004:276).

Proses pelatihan dan pengembangan SDM dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain:

  • Analisis kebutuhan pelatihan: Tahap ini dimulai dengan identifikasi masalah atau kebutuhan yang ingin diatasi dengan pelatihan. Kemudian dilakukan analisis terhadap keterampilan, pengetahuan, dan perilaku yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut.
  • Desain program pelatihan: Setelah dilakukan analisis kebutuhan, tahap selanjutnya adalah merancang program pelatihan yang sesuai. Program pelatihan harus dirancang agar dapat meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan kerja karyawan.
  • Implementasi pelatihan: Tahap ini adalah tahap pelaksanaan program pelatihan. Pelatihan dapat dilakukan melalui berbagai metode seperti seminar, workshop, atau coaching.
  • Evaluasi pelatihan: Setelah pelatihan selesai dilaksanakan, evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana karyawan telah meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan kerjanya. Evaluasi juga dapat membantu organisasi untuk mengevaluasi efektivitas program pelatihan.
  • Pengembangan karir: Tahap ini berfokus pada pengembangan karyawan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilannya. Pengembangan karir dapat dilakukan melalui pelatihan, rotasi jabatan, dan pembelajaran mandiri.

Experiential Learning sebagai Metode Pelatihan dan Pengembangan SDM Berbasis Pengalaman

Human Resource Development – Experiential learning atau pembelajaran pengalaman adalah suatu metode pembelajaran yang menggabungkan antara teori dan praktik yang dilakukan secara langsung. Metode ini bertujuan untuk mengajarkan keterampilan dan pemahaman melalui pengalaman langsung yang dialami oleh individu. Experiential learning dapat diaplikasikan pada berbagai bidang, termasuk pada pelatihan dan pengembangan SDM.

Penggunaan metode experiential learning pada pelatihan dan pengembangan SDM memiliki beberapa keuntungan. Pertama, individu akan belajar melalui pengalaman langsung, sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan. Kedua, individu akan memiliki kesempatan untuk belajar dari kesalahan yang dilakukan pada saat melakukan kegiatan. Ketiga, metode ini dapat membantu individu untuk memahami bagaimana teori dapat diaplikasikan pada situasi nyata.

Penggunaan metode experiential learning pada pelatihan dan pengembangan SDM dapat meningkatkan kemampuan individu dalam menyelesaikan tugas, meningkatkan produktivitas kerja, serta mengurangi tingkat absensi dan turnover rate. Selain itu, penggunaan metode ini juga dapat meningkatkan kepuasan kerja dan keterlibatan karyawan terhadap perusahaan.

Beberapa contoh penggunaan metode experiential learning pada pelatihan dan pengembangan SDM antara lain outbound training, role play, simulasi bisnis, dan team building.

  • Outbound training adalah suatu kegiatan yang dilakukan di luar ruangan dengan tujuan untuk meningkatkan kerjasama tim, mengembangkan kepercayaan diri, serta meningkatkan kemampuan individu dalam mengambil keputusan.
  • Role play adalah suatu kegiatan yang melibatkan peran-peran tertentu yang harus dimainkan oleh individu, sehingga individu dapat memahami situasi yang berbeda dan belajar bagaimana cara menghadapinya.
  • Simulasi bisnis adalah suatu kegiatan yang melibatkan simulasi situasi bisnis yang nyata, sehingga individu dapat belajar bagaimana cara mengambil keputusan yang tepat dalam situasi tersebut.
  • Team building adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama tim, mengembangkan kepercayaan diri, serta meningkatkan kemampuan individu dalam mengatasi konflik.

Menurut David Kolb (1984), experiential learning adalah sebuah model pembelajaran holistik di mana seseorang dapat belajar, berkembang, dan tumbuh. Istilah experiential learning sendiri digunakan untuk menekankan peran penting pengalaman dalam proses pembelajaran, dan hal ini membedakan metode ini dari model pembelajaran lainnya seperti teori pembelajaran kognitif atau behaviorisme.

Mel Silberman (2014: 10) menyatakan bahwa metode experiential learning merupakan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan nyata yang memungkinkan mereka dapat mengalami hal yang sedang mereka pelajar, dan menjadi kesempatan bagi mereka untuk merefleksikan kegiatan tersebut. Jadi, experiential learning terbentuk dari kegiatan yang dilakukan peserta didik, yang terkait topik pembelajaran, dan refleksi atas kegiatan yang telah mereka lakukan.

Menurut Wahyuni (2008), experiential learning merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk memperoleh sesuatu berdasarkan pengalaman yang mengalami perubahan secara terus menerus, guna meningkatkan efektivitas dari hasil belajar itu sendiri. Huda (2013: 172) mengemukakan bahwa metode experiential learning berfokus pada dua pendekatan yang saling terkait satu sama lain dalam menciptakan pemahaman atas sebuah pengalaman, yakni konseptualisasi abstrak dan pengalaman konkret, serta dua pendekatan dalam menciptakan perubahan pengalaman, yakni observasi reflektif dan eksperimen aktif.0

Savicki (2008) menyatakan bahwa metode experiential learning memiliki peran penting dalam meningkatkan kompetensi dan sensitivitas antar budaya. Proses belajar menerima informasi secara lebih kritis dan dapat menyerap kompetensi lain yang berbeda dengan kompetensi yang memang telah dimiliki sebelumnya. Pada akhirnya, hal ini akan menghasilkan proses belajar yang sangat kuat dan positif.

Dan menurut Fathurrohman (2015: 129) experiential learning merupakan proses pembelajaran, sebuah proses perubahan yang memanfaatkan pengalaman sebagai media pembelajaran, jadi belajar bukan hanya dari materi yang sumbernya dari buku atau dari pendidik saja. Fathurrohman (2015: 130) menjelaskan lebih lanjut bahwa pengalaman belajar akan menjadi sangat efektif, jika menggunakan semua roda belajar, dari mengatur tujuan, melakukan observasi dan percobaan, memeriksa kembali, dan merencanakan tindakan.

Experiential learning model Pembelajaran

Human Resource Development – David Kolb (1984) mendefinisikan model pembelajaran experiential sebagai sebuah model pembelajaran holistik di mana seseorang belajar, berkembang, dan bertumbuh. Penggunaan istilah experiential learning sendiri dimaksudkan untuk menekankan bahwa pengalaman (experience) memiliki peran penting dalam proses pembelajaran, dan hal ini menjadi pembeda antara experiential learning dengan model pembelajaran lainnya, seperti teori pembelajaran kognitif atau behaviorisme.

Model pembelajaran experiential dibangun di atas empat tahap utama, yaitu konkrit, refleksi, konseptualisasi, dan eksperimen.

  • Tahap pertama, Concrete Experience, a Concrete Experience atau Pengalaman Konkrit adalah salah satu tahap dalam model pembelajaran experiential. Pada tahap ini, peserta didik mengalami situasi atau kegiatan langsung dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman belajar baru. Pengalaman konkrit dapat berupa tugas, aktivitas, atau situasi yang mengharuskan peserta didik untuk terlibat secara langsung, sehingga mereka dapat merasakan dan merespons situasi tersebut. Contohnya adalah simulasi permainan peran, latihan keterampilan, atau proyek praktis.
  • Tahap kedua, Reflective Observation atau Refleksi Observasional adalah tahap kedua dalam model pembelajaran experiential. Pada tahap ini, peserta didik merefleksikan pengalaman konkrit yang telah mereka alami pada tahap sebelumnya, dengan tujuan untuk mengembangkan pemahaman dan pengertian yang lebih dalam tentang situasi atau kegiatan tersebut. Dalam tahap refleksi observasional, peserta didik diminta untuk mengamati dan merefleksikan pengalaman konkrit yang telah mereka alami. Refleksi dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek penting dalam pengalaman tersebut, seperti faktor lingkungan, tindakan yang dilakukan, dan respons yang muncul. Selain itu, peserta didik juga diharapkan untuk mempertimbangkan sudut pandang orang lain dalam situasi yang sama.
  • Tahap ketiga, Abstarct Conceptualization atau Konseptualisasi Abstrak adalah tahap ketiga dalam model pembelajaran experiential. Pada tahap ini, peserta didik merenungkan dan memahami pengalaman konkrit yang telah mereka alami pada tahap sebelumnya dengan cara menghubungkannya dengan konsep-konsep abstrak atau teori yang telah mereka pelajari sebelumnya. Dalam tahap konseptualisasi abstrak, peserta didik mencoba untuk memahami dan menginterpretasikan pengalaman konkrit yang telah mereka alami dengan menghubungkannya dengan konsep-konsep abstrak atau teori yang terkait. Peserta didik dapat menggunakan pemahaman mereka tentang teori dan konsep untuk membantu mereka memahami dan mengorganisir pengalaman konkrit yang telah mereka alami.
  • Tahap terakhir, Active Experimentation atau Eksperimen Aktif adalah tahap terakhir dalam model pembelajaran experiential. Pada tahap ini, peserta didik menggunakan pemahaman yang telah mereka kembangkan pada tahap sebelumnya untuk merencanakan dan mengimplementasikan tindakan atau eksperimen baru. Dalam tahap eksperimen aktif, peserta didik mencoba mengaplikasikan pemahaman dan keterampilan baru yang telah mereka pelajari dari pengalaman dan refleksi sebelumnya dalam situasi yang berbeda atau baru. Peserta didik juga dapat mencoba untuk mengevaluasi hasil dari tindakan atau eksperimen mereka dan belajar dari pengalaman tersebut.

Jenis Pelatihan dan Pengembangan SDM

Pelatihan Kerja – Banyak jenis Pelatihan dan Pengembangan SDM, dibawah ini adalah contoh sebagian kecil dari jenis – jenis Pelatihan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia:

  • Cross Functional Training
  • Cross Functional Training
  • Retraining (Pelatihan Ulang SDM)
  • Team Training (Pelatihan Tim)
  • Creativity Training (Pelatihan Kreatifitas SDM)
  • Language Training (Pelatihan Bahasa)
  • Technology Training (Pelatihan Teknologi).

Cross Functional Training

Pelatihan Kerja – Pelatihan lintas fungsi merupakan sebuah inisiatif yang berharga bagi pengembangan karyawan guna memperluas pemahaman mereka terhadap operasional organisasi secara menyeluruh. Program pelatihan ini dirancang dengan cara melibatkan karyawan dalam melakukan tugas-tugas di luar bidang pekerjaan utama mereka, misalnya mengalokasikan staf keuangan untuk mendukung tugas dan tanggung jawab Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) dalam proses seleksi calon karyawan baru.

Dengan mengimplementasikan pelatihan lintas fungsi, perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menggali pengetahuan dan keterampilan baru dalam lingkungan kerja yang berbeda. Melalui tugas-tugas yang beragam, karyawan dapat memperluas wawasan mereka tentang berbagai aspek organisasi, termasuk tetapi tidak terbatas pada, fungsi operasional, keuangan, sumber daya manusia, dan lain-lain.

Selain itu, pelatihan lintas fungsi juga berperan dalam memperkuat kolaborasi antardepartemen dan meningkatkan pemahaman tim kerja terhadap tantangan yang dihadapi oleh unit kerja lainnya. Melalui interaksi dengan berbagai departemen, karyawan dapat belajar menghargai perspektif dan kebutuhan masing-masing divisi. Hal ini dapat menghasilkan sinergi yang lebih baik antara departemen-departemen dalam mencapai tujuan bersama perusahaan.

Dalam praktiknya, program pelatihan lintas fungsi ini harus dirancang secara hati-hati dan disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Penempatan karyawan di departemen atau fungsi yang berbeda harus didasarkan pada analisis keahlian dan kemampuan mereka, serta kompatibilitas dengan tugas yang akan diemban. Selain itu, pengawasan dan dukungan yang efektif dari manajemen diperlukan untuk memastikan kelancaran dan kesuksesan pelatihan lintas fungsi ini.

Skill Training

Pelatihan Kerja – Pelatihan keahlian, juga dikenal sebagai pelatihan keterampilan, adalah jenis pelatihan yang bertujuan untuk memberikan peserta pelatihan dengan kemampuan dan keterampilan baru yang relevan dengan tanggung jawab pekerjaan mereka. Pelatihan ini dapat mencakup berbagai bidang, seperti pelatihan kepemimpinan atau pelatihan manajemen.

Pelatihan keahlian bertujuan untuk meningkatkan kompetensi peserta pelatihan dalam aspek-aspek khusus pekerjaan mereka. Dalam pelatihan kepemimpinan, misalnya, peserta pelatihan akan mempelajari keterampilan yang diperlukan untuk mengelola tim dengan efektif, menginspirasi rekan kerja, dan mengambil keputusan yang tepat. Sementara dalam pelatihan manajemen, peserta pelatihan akan diberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola sumber daya, mengembangkan strategi, dan mencapai tujuan organisasi.\Pelatihan keahlian biasanya disampaikan melalui berbagai metode, seperti kuliah, diskusi, studi kasus, permainan peran, dan latihan praktis. Peserta pelatihan akan memiliki kesempatan untuk belajar dan berlatih menggunakan teknik-teknik baru yang relevan dengan bidang pekerjaan mereka. Dalam beberapa kasus, pelatihan keahlian juga dapat melibatkan pemantauan dan penilaian kinerja peserta pelatihan untuk memastikan penerapan yang efektif dari keterampilan yang dipelajari.

Retraining

Pelatihan Kerja – Pelatihan ulang, juga dikenal sebagai retraining, merupakan inisiatif pengembangan sumber daya manusia yang diberikan kepada karyawan yang ada di perusahaan untuk menghadapi perubahan dan kemajuan dalam dunia kerja. Dalam era ilmu pengetahuan, teknologi, dan perkembangan yang pesat, setiap individu dituntut untuk terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Salah satu bentuk pelatihan ulang adalah dalam penggunaan komputer dan internet, serta pelatihan dalam bidang pemasaran digital.

Pelatihan ulang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan karyawan dalam menghadapi perubahan lingkungan kerja yang semakin kompleks. Dalam konteks penggunaan komputer dan internet, pelatihan tersebut dapat mencakup pemahaman tentang penggunaan perangkat lunak, navigasi web, manajemen email, serta keamanan dan privasi online. Sementara itu, pelatihan dalam bidang pemasaran digital melibatkan pengetahuan tentang strategi pemasaran melalui platform digital, analisis data, pengelolaan kampanye online, dan lain sebagainya.

Pelatihan ulang ini memberikan kesempatan kepada karyawan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru yang relevan dengan perubahan tuntutan pekerjaan. Hal ini memungkinkan mereka untuk tetap relevan, efektif, dan kompetitif di dalam perusahaan. Selain itu, pelatihan ulang juga dapat memberikan dorongan motivasi dan meningkatkan kepuasan kerja karyawan, karena mereka merasa didukung dan dihargai oleh perusahaan dalam mengembangkan potensi mereka.

Team Training

Pelatihan Kerja – Pelatihan dalam kerja tim adalah suatu bentuk pelatihan yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan karyawan dalam bekerja secara kolaboratif di dalam sebuah tim. Dalam lingkungan perusahaan, karyawan tidak hanya diharapkan mampu bekerja secara mandiri, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Departemen Sumber Daya Manusia untuk kelompok karyawan agar dapat mengintegrasikan diri dalam tim, terbiasa dengan dinamika kerja tim, dan mampu bekerja sama dengan rekan kerja sesama karyawan di dalam divisi atau departemen yang sama.

Pelatihan kerja tim bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi, komunikasi, dan pemahaman antar anggota tim. Peserta pelatihan akan dilatih dalam keterampilan seperti mendengarkan aktif, berbagi informasi, memberikan dan menerima umpan balik, serta mengatasi konflik yang mungkin muncul dalam konteks kerja tim. Selain itu, pelatihan juga akan membahas tentang pengenalan peran dan tanggung jawab individu dalam mencapai tujuan bersama tim, serta strategi untuk meningkatkan sinergi dan produktivitas dalam kerja tim.

Dalam pelatihan ini, peserta akan terlibat dalam aktivitas berbasis tim, seperti studi kasus, permainan peran, diskusi kelompok, dan latihan kerja tim simulasi. Hal ini akan memberikan mereka pengalaman langsung dalam bekerja dalam tim dan memperkuat keterampilan kerja tim mereka. Pelatihan kerja tim juga dapat mencakup pemahaman tentang prinsip-prinsip kepemimpinan dalam konteks tim dan cara efektif mengelola perbedaan dan keragaman dalam tim.

Manfaat dari pelatihan kerja tim adalah meningkatkan efektivitas tim, memperbaiki komunikasi dan kolaborasi antar anggota tim, serta menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam mencapai tujuan bersama. Selain itu, pelatihan ini juga dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan, mengurangi konflik, dan membangun lingkungan kerja yang kooperatif dan inklusif.

Creativity Training

Pelatihan Kerja – Dalam lingkungan perusahaan, terdapat berbagai jabatan dan posisi yang membutuhkan tingkat kreativitas yang tinggi, seperti manajer, supervisor, tim pemasaran, dan promosi, untuk menciptakan gagasan-gagasan inovatif yang dapat mendorong kemajuan perusahaan. Karena tuntutan tersebut, pelatihan kreativitas menjadi solusi penting dalam memaksimalkan potensi sumber daya manusia di dalam perusahaan.

Pelatihan kreativitas bertujuan untuk mengembangkan kemampuan karyawan dalam menghasilkan gagasan-gagasan baru yang orisinal, solutif, dan inovatif. Melalui pelatihan ini, karyawan akan diajarkan teknik-teknik untuk merangsang kreativitas, memecahkan masalah dengan pendekatan yang baru, dan menghasilkan ide-ide yang dapat menghasilkan perubahan positif. Pelatihan ini mencakup berbagai aspek kreativitas, termasuk pemikiran asosiatif, pemikiran lateral, teknik brainstorming, analisis SWOT, dan lain sebagainya.

Selain itu, pelatihan kreativitas juga melibatkan pemberian pemahaman tentang pentingnya lingkungan yang mendukung kreativitas, termasuk budaya perusahaan yang mendorong kolaborasi, eksperimen, dan pengambilan risiko yang terkendali. Peserta pelatihan akan belajar bagaimana menciptakan suasana yang memfasilitasi ekspresi ide-ide kreatif, bagaimana membangun tim yang kreatif, dan bagaimana mengelola proses inovasi secara efektif.

Manfaat dari pelatihan kreativitas adalah peningkatan kemampuan karyawan dalam berpikir out-of-the-box, menghasilkan solusi-solusi yang unik, dan menghadapi perubahan dengan sikap yang adaptif dan inovatif. Dalam lingkungan bisnis yang terus berkembang, kreativitas menjadi aset berharga yang dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Pelatihan kreativitas juga dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan, menginspirasi kolaborasi dan inovasi dalam tim, serta menciptakan budaya kerja yang kreatif dan penuh semangat.

Perusahaan perlu mengenali pentingnya pelatihan kreativitas dan mengimplementasikannya sebagai bagian dari strategi pengembangan sumber daya manusia. Pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks perusahaan, dengan mempertimbangkan jabatan dan peran karyawan serta tujuan organisasi. Dukungan dari manajemen dan pengakuan terhadap peran kreativitas dalam mencapai keberhasilan perusahaan juga merupakan faktor kunci untuk menjadikan pelatihan kreativitas sebagai sebuah solusi yang efektif dan berkelanjutan.

Language Training

Human Resource Development – Pelatihan bahasa untuk sumber daya manusia (SDM) memiliki peran penting dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dalam bahasa asing dan memberikan nilai tambah bagi karyawan. Dalam era Revolusi Industri 4.0 ini, banyak perusahaan lokal terhubung dengan perusahaan asing, sehingga behasa menjadi faktor krusial dalam upaya menjalin koneksi antar perusahaan. Oleh karena itu, pelatihan bahasa menjadi sangat signifikan.

Pelatihan bahasa bertujuan untuk mengembangkan kemampuan karyawan dalam berkomunikasi dengan lancar dan efektif dalam bahasa asing. Karyawan akan dilatih dalam memahami dan menggunakan kosakata, tata bahasa, dan struktur kalimat yang tepat dalam bahasa yang menjadi fokus pelatihan. Pelatihan ini mencakup keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa asing, serta pemahaman budaya dan kebiasaan komunikasi yang terkait.

Pelatihan bahasa memberikan nilai tambah bagi karyawan dan perusahaan. Dengan kemampuan berkomunikasi yang baik dalam bahasa asing, karyawan dapat terlibat dalam interaksi bisnis dengan mitra internasional, meningkatkan kerjasama lintas budaya, dan memperluas jangkauan bisnis perusahaan. Selain itu, kemampuan bahasa yang baik juga dapat membangun reputasi perusahaan di tingkat global, membuka peluang kerjasama yang lebih luas, dan mendukung pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan.

Dalam pelatihan bahasa, peserta akan terlibat dalam berbagai kegiatan praktis, seperti berbicara dalam simulasi situasi bisnis, membaca materi terkait industri, menulis laporan atau surat bisnis, dan mendengarkan materi audio atau percakapan yang relevan. Pelatihan ini juga dapat mencakup penggunaan teknologi, seperti aplikasi e-learning atau platform digital untuk memfasilitasi pembelajaran mandiri dan interaktif.

Perusahaan perlu memahami pentingnya pelatihan bahasa bagi pengembangan SDM mereka. Identifikasi kebutuhan bahasa yang spesifik, baik dalam hal bahasa tertentu maupun bidang industri yang relevan, sangat penting dalam merancang program pelatihan yang efektif. Dukungan manajemen, alokasi sumber daya yang memadai, dan evaluasi berkala terhadap kemajuan karyawan dalam bahasa asing juga merupakan faktor penting untuk keberhasilan pelatihan bahasa. Dengan memperhatikan pentingnya komunikasi lintas bahasa, perusahaan dapat mengoptimalkan potensi karyawan dan memperkuat posisinya di era globalisasi ini.

Technology Training

Human Resource Development – Pelatihan teknologi memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan keahlian karyawan dalam bidang teknologi. Di era digital ini, teknologi menjadi sarana penting untuk mencapai efisiensi dan produktivitas, terutama dalam bidang pemasaran menggunakan strategi digital marketing, sistem administrasi perkantoran, dan lain sebagainya.

Pelatihan teknologi bertujuan untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan karyawan dalam memanfaatkan teknologi terkini. Karyawan akan dilatih dalam penggunaan perangkat lunak, aplikasi, atau platform yang relevan dengan bidang kerja mereka. Pelatihan ini mencakup pemahaman dasar tentang teknologi, kemampuan mengoperasikan perangkat atau sistem yang diperlukan, serta pengetahuan tentang praktik terbaik dalam memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas kerja.

Dalam pelatihan teknologi, peserta akan terlibat dalam aktivitas praktis, seperti demonstrasi penggunaan perangkat atau aplikasi, latihan langsung dalam pengoperasian sistem, serta diskusi mengenai penerapan teknologi dalam konteks pekerjaan sehari-hari. Pelatihan ini juga dapat mencakup pemahaman tentang aspek keamanan teknologi, pengelolaan data yang efisien, serta penanganan masalah atau gangguan teknis yang mungkin terjadi.

Pelatihan teknologi memberikan manfaat yang signifikan bagi karyawan dan perusahaan. Dengan meningkatkan keahlian teknologi, karyawan dapat mengoptimalkan penggunaan teknologi untuk meningkatkan efisiensi, mengotomatisasi tugas-tugas rutin, dan mempercepat proses kerja. Pelatihan ini juga memungkinkan karyawan untuk mengikuti perkembangan teknologi terkini dan mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan digital yang terus berkembang.

Perusahaan perlu mengenali pentingnya pelatihan teknologi dan mengintegrasikannya sebagai bagian dari strategi pengembangan sumber daya manusia. Identifikasi kebutuhan teknologi yang spesifik, sesuai dengan bidang kerja masing-masing karyawan, menjadi langkah awal dalam merancang program pelatihan yang efektif. Dukungan manajemen, alokasi sumber daya yang memadai, dan pembaruan terkait dengan perkembangan teknologi merupakan faktor penting untuk kesuksesan pelatihan teknologi. Dengan memberikan pelatihan teknologi yang tepat, perusahaan dapat mempersiapkan karyawan dalam menghadapi tantangan teknologi masa depan dan meningkatkan daya saing di era digital ini.

Lembaga Pelatihan dan Pengembangan SDM di Indonesia

pelatihan dan pengembangan sdm
Figure 10 : Lembaga Pelatihan dan Pengembangan SDM

Outward Bound Indonesia (OBI)

Lembaga Pelatihan Kerja – Outward Bound® Indonesia merupakan Organisasi dengan standar global untuk Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia / Human resource development yang komprehensif dan terintegrasi. Pelatihan dan Pengembangan yang dilakukan oleh OBI menggunakan metodologi Outward Bound dengan penyampaian dan pendekatan sesuai dengan budaya organisasi.

Outward Bound pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1990 oleh Djoko Kusumowidagdo dan Elly Tjahja dengan visi “to build the Nation by helping alleviate the multi-dimensional problems that Indonesia was facing at the time”. Mereka berdua meyakini bahwa solusi dari tantangan tersebut terletak pada kualitas dan karakter Rakyat.

Pendirian Lembaga Outward Bound Indonesia pada tahun 1990 mempelopori jalan bagi pelatihan dan pengembangan kepemimpinan yang berfokus pada soft skill dengan pembelajaran di luar ruangan.  Outward Bound Indonesia adalah pelopor pelatihan dan pengembangan SDM berbasis luar ruang di Indonesia sekaligus merupakan salah satu anggota Outward Bound International. (sumber https://outwardboundindo.org/about-us/(Accessed: 05 Juli 2022[/efn_note].

Kubik Leadership

Lembaga Pelatihan Kerja – Kubik Leadership adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pelatihan, konsultasi dan coaching yang didirikan pada tahun 1999 oleh Farid Poniman, Indrawan Nugroho dan Jamil Azzaini.  “To be a global institution in Human Resources Development with strong contributions to the realization of Sukses Mulia civilization”.

Menurut Ratna Farida dalam tulisannya di blog pribadinya, Kubik Leadership mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menentukan ke mana hidup akan kita arahkan, apa-apa saja yang ingin kita lakukan dalam hidup ini, dan jalan mana yang harus kita tempuh untuk mencapainya. Dalam konsep Kubik Leadership, keyakinan (faith) adalah seperangkat prinsip dan nilai yang sekaligus menjadi misi suci hidup kita. Aksi adalah aktivitas nyata yang didasarkan pada seperangkat aturan hidup. Sedangkan pekerti adalah sikap mental yang melahirkan kecenderungan.

HEXs Indonesia

Lembaga Pelatihan Kerja – HEXs Indonesia adalah singkatan dari Highland Experience Indonesia, sebuah organisasi yang berfokus pada edukasi, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia dengan metode experiential learning sebagai media belajar dan pembelajaran. Metode experiential learning adalah metode yang mengutamakan pengalaman langsung sebagai sumber belajar, sehingga peserta dapat merasakan, mengamati, merefleksikan, dan menerapkan konsep-konsep yang dipelajari dalam konteks nyata.

HEXs Indonesia menawarkan berbagai program pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan klien, baik individu maupun organisasi. Program-program tersebut antara lain adalah team building, leadership, character building, management development program, personal development, serta program berbasis edukasi dan petualangan untuk remaja yaitu Live IN dan Educamp. Program-program ini dirancang untuk meningkatkan kompetensi, kinerja, motivasi, kreativitas, kolaborasi, komunikasi, dan nilai-nilai positif peserta.

HEXs Indonesia memiliki Basecamp untuk pelatihan dan pengembangan yaitu Highland Camp yang berlokasi di punggungan barat gunung Paseban, Bogor pada ketinggian 949– 1086 mdpl. Highland Camp dikelilingi oleh hutan pegunungan, elemen air dan lanskap alam yang indah dan sejuk. Highland Camp didesain untuk kegiatan rekreasional, edukasional serta pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia berbasis experiential learning.


Baca lainnya tentang Pelatihan dan Pengembangan SDM


Simpulan dan FAQ: Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia | Human resource development

Human Resource Development – Pelatihan merupakan aktivitas terarah yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan spesifik dalam kerangka pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM), dengan tujuan utama meningkatkan kinerja, produktivitas, dan kompetensi melalui proses pembelajaran. Dalam konteks organisasi, program Pelatihan dan Pengembangan SDM atau Human Resource Development berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengaktualisasikan potensi tersembunyi yang dimiliki oleh setiap karyawan. Potensi tersebut tidak hanya mendukung pengembangan pribadi individu, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap kemajuan perusahaan tempat mereka bekerja.


Q : Apa itu Pelatihan dan Pengembangan SDM?

A : Pelatihan dan Pengembangan SDM adalah upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan kerja karyawan sehingga menghasilkan produk dan layanan dengan kualitas setinggi mungkin dengan target yang telah direncanakan. Program ini sangat erat kaitannya dengan upaya yang terstruktur, sistematis, bertujuan untuk mencapai penguasaan keahlian (skill) dan kemampuan pada bidang kerja, pengetahuan seputar bidang pekerjaan yang tengah digeluti oleh seorang karyawan, dan softskills para pegawai dan karyawan.

Q : Apa tujuan dari Pelatihan dan Pengembangan SDM?

A : Tujuan dari Pelatihan dan Pengembangan SDM adalah untuk memberikan kesempatan kepada setiap karyawan dalam sebuah perusahaan untuk menemukan dan mengeluarkan potensi yang ada pada diri dirinya yang mungkin masih terpendam.

Q : Apa perbedaan antara Pelatihan dan Pengembangan SDM?

A : Pelatihan lebih fokus pada peningkatan kemampuan teknis seseorang dalam menjalankan tugas-tugas tertentu, sedangkan pengembangan lebih fokus pada peningkatan kemampuan manajerial dan kepemimpinan seseorang.

Q : Bagaimana proses Pelatihan dan Pengembangan SDM?

A : Proses Pelatihan dan Pengembangan SDM meliputi beberapa tahap seperti Cross Functional Training, Skill Training (Pelatihan Keahlian SDM), Retraining (Pelatihan Ulang SDM), Team Training (Pelatihan Tim), Creativity Training (Pelatihan Kreatifitas SDM), Language Training (Pelatihan Bahasa), Technology Training (Pelatihan Teknologi).

Q : Apa saja metode yang digunakan dalam Pelatihan dan Pengembangan SDM?

A : Beberapa metode yang dapat digunakan dalam Pelatihan dan Pengembangan SDM antara lain adalah ceramah, diskusi kelompok, studi kasus, permainan bisnis, simulasi, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis tindakan.

Q : Siapa saja yang terlibat dalam Pelatihan dan Pengembangan SDM?

A : Pelaksanaan Pelatihan dan Pengembangan SDM melibatkan banyak pihak seperti manajemen perusahaan, HRD (Human Resource Development), trainer atau instruktur pelatihan, serta peserta pelatihan itu sendiri.

Q : Apa manfaat dari Pelatihan dan Pengembangan SDM bagi perusahaan?

A : Manfaat dari Pelatihan dan Pengembangan SDM bagi perusahaan antara lain adalah peningkatan produktivitas karyawan, peningkatan kualitas produk atau layanan yang dihasilkan oleh perusahaan, peningkatan loyalitas karyawan terhadap perusahaan.

Q : Apa saja lembaga pelatihan di Indonesia yang menyelenggarakan program Pelatihan dan Pengembangan SDM?

A : Beberapa lembaga pelatihan di Indonesia yang menyelenggarakan program Pelatihan dan Pengembangan SDM antara lain adalah Outward Bound Indonesia (OBI), Kubik Leadership, HEXs Indonesia.

Q: Ke mana perusahaan kami harus menghubungi jika berencana melaksanakan program Pelatihan dan Pengembangan SDM?

A: Anda dapat menghubungi nomor telepon +62 811 140 996 untuk mendapatkan konsultasi atau merancang program Pelatihan dan Pengembangan SDM yang sesuai dengan kebutuhan organisasi Anda.


Beranda » Human Resources

The post Pelatihan dan Pengembangan SDM | Human Resource Development appeared first on HEXs Indonesia.

]]>
Character Building Training ; Pelatihan SDM di Bogor https://highlandexperience.co.id/character-building-program Sun, 20 Oct 2024 06:02:08 +0000 https://highlandexperience.co.id/?p=682 Pelatihan Character Building adalah program yang dirancang khusus untuk membantu individu dalam mengembangkan karakter yang kuat dan positif. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pribadi, mencakup integritas, kepemimpinan, tanggung jawab, empati, dan kerjasama. Jika perusahaan Anda tertarik untuk melaksanakan pelatihan character building menggunakan metode Outbound, silakan hubungi Hotline +62 811-140-996. Namun, jika Anda ingin mendalami [...]

The post Character Building Training ; Pelatihan SDM di Bogor appeared first on HEXs Indonesia.

]]>
Pelatihan Character Building adalah program yang dirancang khusus untuk membantu individu dalam mengembangkan karakter yang kuat dan positif. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pribadi, mencakup integritas, kepemimpinan, tanggung jawab, empati, dan kerjasama.

Jika perusahaan Anda tertarik untuk melaksanakan pelatihan character building menggunakan metode Outbound, silakan hubungi Hotline +62 811-140-996. Namun, jika Anda ingin mendalami lebih lanjut tentang team building, lanjutkan membaca artikel ini sampai tuntas.


H O T L I N E +62 811-1200-996

RESERVASI


Pembelajaran Character Building

Character Building adalah sebuah upaya untuk membangun dan membentuk akhlak serta budi pekerti seseorang agar menjadi lebih baik. Dengan kata lain, character building merupakan proses dalam memperkuat karakter individu.

Tujuan utama dari pengembangan karakter adalah membantu seseorang menjadi lebih kuat secara emosional, mandiri, dan lebih baik dalam menghadapi berbagai masalah. Proses ini melibatkan penguatan aspek-aspek internal individu agar dapat menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik.

Pengembangan karakter bertujuan untuk meningkatkan kualitas mental dan emosional individu, sehingga mereka mampu mengatasi tekanan dan kesulitan dengan lebih efektif. Ini mencakup pembangunan kepercayaan diri, keteguhan hati, dan optimisme, yang membuat individu lebih siap menghadapi rintangan dan ketidakpastian dalam hidup.

Selain itu, pengembangan karakter juga mencakup pembentukan kemandirian dan tanggung jawab dalam pengelolaan kehidupan sehari-hari. Dengan meningkatkan keterampilan sosial dan komunikasi, individu dapat mendapatkan dukungan dari orang lain dan belajar untuk mencari solusi secara mandiri.

Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, program character building dirancang untuk membantu individu mengenali dan mengelola emosi mereka dengan bijak. Ini meliputi pengembangan keterampilan dalam mengatasi stres, rasa takut, dan kecemasan, serta mendorong rasa ketabahan untuk bangkit kembali setelah menghadapi kegagalan atau kesulitan.

Pengertian Character Building

Karakter adalah sifat yang di bawa oleh tiap individu, yang setiap orang memiliki karakter masing-masing. Pengertian karakter lebih mengarah pada moral dan budi pekerti seseorang, tentunya yang bersifat positf. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.

Pengertian Character Building dari segi bahasa, Character Building atau membangun karakter terdiri dari dua suku kata yaitu membangun (to build) dan karakter (character) artinya membangun yang mempunyai sifat memperbaiki, membina, mendirikan. Sedangkan karakter adalah tabiat, watak, aklak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Jadi Character Building merupakan suatu upaya untuk membangun dan membentuk akhlak dan budi pekerti seseorang menjadi baik (Megawati, 2004).

Dalam konteks pendidikan (Modul Diklat LAN RI) pengertian Membangun Karakter (character building) adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki, dan/atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikemukakan bahwa Character Building adalah upaya membangun karakter (Megawati, 2004).

Pentingnya membangun Karakter Individu

Dalam membangun karakter individu diperlukan perilaku yang baik dalam rangka melaksanakan kegiatan berorganisasi, baik dalam organisasi pemerintahan maupun organisasi swasta dalam bermasyarakat. Karakter adalah sesuatu yang sangat penting dalam pengembangan kualitas manusia maka karakter mempunyai makna sebuah nilai yang mendasar untuk mempengaruhi segenap pikiran, tindakan dan perbuatan setiap insan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini adapun nilai-nilai dalam pembangunan karakter yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Nilai-nilai tersebut jika dilihat lebih cermat dalam kondisi saat ini nampaknya cenderung semakin luntur. Hal ini terlihat makin jelas, contoh di antaranya adalah makin maraknya tawuran antarpelajar, konflik antar masyarakat, maraknya korupsi di lingkungan pemerintah, dan lain-lain. Kondisi yang seharusnya tetap dijaga dan dilestarikan sebagai wujud untuk meningkatkan rasa kepedulian, kemanusiaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus tetap dijaga dan dilestarikan.

Bahwa Character Building memiliki peran penting dalam membentuk karakter seseorang. Dalam sejarah Islam, sekitar 1500 tahun yang lalu Muhammad SAW juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character). Ajaran pertamanya adalah kejujuran (al-amien) serta cara membangun karakter yang baik tersebut. Maka saat itu pula telah diajar bahwa manusia harus senantiasa mampu belajar (iqra), belajar dari ayat-ayat yang tertulis maupun ayat-ayat yang tidak tertulis (Q-Annes dan Hambali, 2008).

Proses pembentukan karakter

Baik disadari maupun tidak, akan memengaruhi cara individu tersebut memandang diri dan lingkungannya; dan hal itu akan tercermin dalam perilakunya sehari hari. Universitas sebagai lembaga pendidikan tinggi adalah salah satu sumber daya yang penting. Lembaga formal (kampus), informal (keluarga), maupun nonformal (bimbel, pengajian) memiliki pengaruh dan dampak terhadap karakter mahasiswa baik disengaja maupun tidak, contohnya keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang individu untuk tumbuh dan berkembang; dari keluarga nilai-nilai awal karakter individu itu ditentukan. Jika orangtua mendidik dan membimbing anaknya dengan baik, akhlak dan karakter anak pun akan baik. Sebaliknya karakter anak akan buruk jika akhlaknya tidak dididik dengan baik. Kenyataan ini menjadi entry point untuk menyatakan bahwa lembaga pendidikan seperti kampus mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melakukan pendidikan moral dan pembentukan karakter. Selanjutnya para pakar pendidikan, terut ma pendidikan nilai, moral atau karakter, melihat hal itu bukan sekadar tugas dan tanggung jawab tetapi juga merupakan suatu usaha yang harus menjadi prioritas.

Pendidikan Character Building

Dalam Koesoema (2007), disebutkan 3 alasan mendasar mengenai pendidikan Character Building. Pertama, secara faktual, disadari atau tidak, disengaja atau tidak, lembaga pendidikan seperti kampus berpengaruh terhadap karakter mahasiswa. Kedua, Secara politis, setiap negara mengharapkan warga negara yang memiliki karakter positif. Banyak hal yang berkaitan dengan kesuksesan pembangunan sebuah negara sangat bergantung pada karakter bangsanya. Demokrasi yang diperjuangkan di banyak negara, sukses dan gagalnya juga tergantung pada karakter warga negara. Di sinilah, sebuah lembaga pendidikan seperti kampus harus berkontribusi terhadap pembentukan karakter agar bangsanya tetap bertahan. Ketiga, perkembangan mutakhir ternyata menunjukkan bahwa pendidikan karakter yang efektif mampu mendorong dan meningkatkan pencapaian tujuan-tujuan akademik kampus. Dengan kata lain, pendidikan karakter juga dapat meningkatkan pembelajaran. Selain itu pendidikan karakter mampu menghantarkan mahasiswa untuk menghadapi lingkungan kerja, dengan karakter yang baik maka peyimpangan perilaku (akhlak buruk) tidak terjadi.

Salah satu karakter pola pikir dan gaya hidup adalah karakter sukses. Karakter sukses adalah bekerja keras untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, tidak pernah mengeluh apa pun risiko yang dihadapi. Untuk beberapa tahun mendatang yang dibutuhkan adalah orang-orang yang memiliki karakter yang baik (Agustian, 2001). Character Building membangun dan membentuk karakter mahasiswa. Sudah mejadi harapan setiap universitas agar para para alumni membangun sikap optimis, rasa percaya diri yang kuat serta memiliki karakter yang kokoh sehingga dapat membawa keberhasilan dalam mengarungi kehidupan di tengah masyarakat. Sikap karakter yang kuat mampu mengoptimalkan aktivitas untuk mencapai sukses dan keterampilan dalam mewujudkan cita-cita sehingga dapat memanfaatkan setiap peluang yang ada. Dengan demikian, mahasiswa mempunyai rasa percaya diri dan tidak pernah ragu bekerja keras, membiasakan diri bekerja dengan baik sepanjang perjalanan hidup. Sekecil apapun kebaikan yang diperbuat dengan niat yang tulus, dapat memperkaya dan menambah kokoh karakter serta pengalaman hidup yang sangat berguna bagai masa depan.

Sumber : Agus Masrukhin; HUMANIORA Vol.4 No.2 Oktober 2013: 1229-1236.

Pelatihan Character Building di Bogor

Pelatihan Character Building dengan menggunakan pengalaman sebagai proses pendidikan atau dengan pola pendekatan Experiential Learning yang dilakukan dalam program-program HEXs Indonesia memberikan pengalaman langsung bagi peserta pelatihan. Hal ini karena pengetahuan diperoleh melalui transformasi pengalaman dengan lingkungan sebagai media dan materi pembelajaran. Dalam Experiential Learning, pengalaman dianggap berperan penting dalam proses pembelajaran.

Oleh karena itu, para peserta akan diberikan kesempatan untuk belajar melalui pengalaman langsung dengan melakukan aktivitas di lapangan atau simulasi, sehingga mereka dapat merasakan dan memahami konsep-konsep pembelajaran secara lebih mendalam. Dalam pelatihan Character Building dengan pendekatan Experiential Learning, peserta akan dihadapkan dengan situasi-situasi yang menantang, seperti tugas-tugas tim, simulasi, dan permainan peran, yang dirancang khusus untuk membangun karakter peserta. Melalui pengalaman-pengalaman tersebut, peserta akan mampu mengasah kemampuan-kemampuan sosial, kepemimpinan, dan teamwork, serta memperkuat nilai-nilai karakter yang penting dalam kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi.

Program pelatihan yang dapat diimplementasikan selama beberapa hari dengan berbagai kegiatan seperti outbound, simulasi, role-playing, dan game. Selain itu, pelatihan juga dilengkapi dengan sesi refleksi dan diskusi kelompok untuk memperkuat pemahaman dan mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari.

Tujuan Pelatihan

Character Building – Tujuan dari pelatihan Character Building dengan pendekatan Experiential Learning adalah untuk meningkatkan karakter peserta pelatihan. Dalam pelatihan ini, peserta akan dibekali dengan keterampilan sosial dan emosional, seperti kemampuan berkomunikasi yang efektif, mengelola emosi, serta membangun rasa percaya diri dan kerjasama dalam tim. Selain itu, pelatihan ini juga bertujuan untuk membantu peserta dalam menemukan nilai-nilai hidup yang penting, seperti integritas, tanggung jawab, kejujuran, dan rasa sosial.

Melalui pengalaman langsung dan refleksi, peserta diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam mengenai nilai-nilai ini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pelatihan ini juga dapat membantu peserta untuk menghadapi situasi sulit dengan cara yang positif dan konstruktif, serta mengembangkan resiliensi dan ketangguhan mental. Dengan demikian, peserta akan menjadi individu yang lebih berkarakter, tangguh, dan siap menghadapi tantangan di masa depan. 

Aktivitas Pendahuluan

Character Building – Aktivitas pendahuluan dalam pelatihan Character Building dengan pendekatan Experiential Learning umumnya dimulai dengan icebreaker atau permainan awal untuk menghangatkan suasana. Icebreaker ini bertujuan untuk memperkenalkan peserta satu sama lain, meredakan ketegangan, dan meningkatkan semangat kerja sama. Beberapa contoh icebreaker yang dapat dilakukan antara lain permainan tebak kata, permainan mendongeng, atau permainan kerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama. Selain itu, aktivitas pendahuluan juga dapat meliputi pengenalan materi pelatihan, pemaparan tujuan, dan ekspektasi dari peserta pelatihan. Dengan melakukan aktivitas pendahuluan yang efektif, peserta pelatihan akan lebih siap dan termotivasi untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pelatihan.  

Aktivitas Inti

Character Building – Rangkaian aktivitas Experiential Learning terkait dengan Character Building meliputi:

  • Role Play: Peserta diminta untuk memerankan karakter yang berbeda-beda dalam situasi tertentu, sehingga dapat mengasah kemampuan komunikasi, kerja sama tim, dan kepemimpinan.
  • Games: Peserta diberikan permainan yang mengharuskan mereka berinteraksi dan bekerja sama dalam menyelesaikan tantangan, sehingga dapat mengembangkan kemampuan dalam hal strategi, kepercayaan diri, dan keterampilan interpersonal.
  • Outbound Activities: Peserta diberikan tugas-tugas yang melibatkan aktivitas fisik dan mental, seperti hiking, arung jeram, dan simulasi bertahan hidup, sehingga dapat mengasah kemampuan dalam hal ketahanan fisik dan mental, serta kemandirian.
  • Diskusi Kelompok: Peserta diberikan topik atau masalah yang harus didiskusikan dalam kelompok, sehingga dapat mengembangkan kemampuan dalam hal berpikir kritis, kreativitas, dan komunikasi.
  • Refleksi: Peserta diminta untuk merefleksikan pengalaman dan pembelajaran yang telah mereka dapatkan selama rangkaian aktivitas, sehingga dapat mengembangkan kemampuan dalam hal introspeksi dan pembelajaran mandiri.

Leadership Challenge

Character Building – Aktivitas Leadership Challenge adalah salah satu aktivitas inti dalam program Pelatihan Character Building dengan pendekatan Experiential Learning. Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk melatih kemampuan kepemimpinan peserta dalam menghadapi tantangan dan mengambil keputusan yang tepat dalam situasi yang kompleks.

Dalam aktivitas ini, peserta akan diberikan berbagai macam tantangan yang harus dipecahkan dalam kelompok. Tantangan tersebut meliputi tugas-tugas yang kompleks, permainan simulasi, atau situasi nyata yang menuntut peserta untuk bekerja sama, berkomunikasi dengan efektif, dan mengambil keputusan yang tepat dalam waktu yang terbatas.

Melalui aktivitas Leadership Challenge, peserta akan belajar untuk mengenali dan mengembangkan kemampuan kepemimpinan yang dimiliki, seperti kemampuan dalam mengambil keputusan, kepemimpinan, komunikasi, dan kerja sama tim. Selain itu, peserta juga akan dilatih untuk mengatasi rasa takut, mengambil risiko, dan belajar dari kegagalan.

Dalam akhir aktivitas, peserta akan dievaluasi oleh fasilitator dengan tujuan untuk membantu peserta memahami kekuatan dan kelemahan dalam kepemimpinan mereka. Selain itu, evaluasi juga dapat membantu peserta dalam mengembangkan rencana aksi untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan mereka di masa depan.

Trust Building Activities

Character Building – Trust Building Activities atau kegiatan membangun kepercayaan diri merupakan bagian penting dari program Pelatihan Character Building dengan pendekatan Experiential Learning. Kegiatan ini dirancang untuk membantu peserta pelatihan memperkuat rasa percaya diri, membangun kerjasama tim yang baik, dan meningkatkan kepercayaan antar peserta pelatihan.

Kegiatan membangun kepercayaan diri biasanya dilakukan dalam bentuk permainan atau aktivitas yang melibatkan tindakan dan interaksi antar peserta pelatihan. Contoh kegiatan ini antara lain berdiri di atas kursi dan menyeberang dari satu kursi ke kursi lainnya tanpa menyentuh tanah, melakukan trust fall atau jatuh bebas dan dipercayakan kepada teman untuk menangkap, serta mengumpulkan tumpukan benda dengan mata tertutup dan hanya dengan instruksi dari rekan satu tim.

Melalui kegiatan membangun kepercayaan diri ini, peserta pelatihan dapat memahami pentingnya saling percaya dan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Selain itu, kegiatan ini juga dapat membantu peserta pelatihan untuk merasakan adrenalin dan menghadapi ketakutan dalam lingkungan yang aman dan terkontrol.

Problem Solving Games

Character Building – Problem Solving Games atau permainan yang membantu peserta melatih kemampuan dalam memecahkan masalah adalah salah satu aktivitas inti dalam pelatihan Character Building dengan pendekatan Experiential Learning. Aktivitas ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan peserta dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah secara efektif dan efisien.

Contoh permainan yang dapat dilakukan adalah seperti “The Marshmallow Challenge” dimana peserta diberikan tugas untuk membangun struktur tertinggi dengan bahan marshmallow, spageti dan selotip dalam waktu yang terbatas. Selain itu, juga terdapat permainan “Escape Room” dimana peserta harus memecahkan berbagai teka-teki dan menyelesaikan tantangan untuk melarikan diri dari ruangan tersebut.

Melalui aktivitas ini, peserta akan belajar mengembangkan kemampuan dalam mencari solusi, berpikir kreatif, dan bekerja sama dengan anggota tim dalam menyelesaikan masalah. Dalam pelatihan Character Building, aktivitas ini bertujuan untuk membantu peserta membangun rasa percaya diri, menghadapi tantangan, dan mencari solusi yang tepat dalam mengatasi masalah di kehidupan sehari-hari.

Communication Skills Practice

Character Building – Aktivitas latihan keterampilan komunikasi merupakan bagian penting dari pelatihan Character Building dengan pendekatan Experiential Learning. Melalui aktivitas ini, peserta akan memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam berkomunikasi secara efektif, baik secara verbal maupun nonverbal.

Contoh aktivitas latihan keterampilan komunikasi yang dapat dilakukan dalam pelatihan ini antara lain role play atau simulasi situasi, diskusi kelompok, dan latihan presentasi. Dalam aktivitas ini, peserta akan belajar bagaimana cara menyampaikan pesan dengan jelas dan persuasif, mendengarkan dengan baik, serta menangani konflik dan perbedaan pendapat dengan baik.

Dengan mengikuti aktivitas latihan keterampilan komunikasi, peserta akan merasa lebih percaya diri dalam berkomunikasi, meningkatkan kemampuan mempengaruhi orang lain, serta meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dalam tim. Selain itu, peserta juga akan lebih mudah untuk membangun hubungan baik dengan orang lain, baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja.

Team Building Exercises

Character Building – Team Building Exercises adalah rangkaian kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan kerja tim dan memperkuat hubungan antar anggota tim. Kegiatan ini melibatkan beberapa tugas dan tantangan yang membutuhkan kolaborasi dan komunikasi yang efektif antar anggota tim.

Contoh dari Team Building Exercises adalah permainan yang melibatkan membangun jembatan dengan bahan-bahan terbatas atau memecahkan teka-teki bersama dalam waktu yang terbatas. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperkuat kerjasama tim, memperbaiki kemampuan komunikasi dan menumbuhkan rasa percaya antar anggota tim.

Melalui Team Building Exercises, peserta dapat belajar bagaimana bekerja sama dalam situasi yang sulit dan merangsang kreativitas dan inovasi. Kegiatan ini juga membantu meningkatkan motivasi dan semangat kerja, serta memberikan kesempatan untuk membangun hubungan interpersonal yang kuat di antara anggota tim.

Values Exploration Activities

Character Building – Values Exploration Activities adalah aktivitas yang dirancang untuk membantu peserta pelatihan dalam menjelajahi dan mengembangkan nilai-nilai positif dalam diri mereka. Melalui kegiatan ini, peserta akan diajak untuk mempertimbangkan nilai-nilai seperti kejujuran, kerjasama, keberanian, dan tanggung jawab, serta mengenali cara-cara untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk membantu peserta membangun karakter yang kuat dan menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dalam organisasi. Kegiatan yang umum dilakukan dalam Values Exploration Activities antara lain diskusi kelompok, cerita inspiratif, dan simulasi permainan peran yang memungkinkan peserta untuk mengalami nilai-nilai tersebut secara langsung dan menginternalisasikannya dalam diri mereka. Dalam rangkaian program Pelatihan Character Building dengan pendekatan Experiential Learning, Values Exploration Activities menjadi salah satu aktivitas yang sangat penting untuk membantu peserta mengembangkan karakter dan nilai-nilai positif dalam diri mereka.  

Refleksi dan Evaluasi

Character Building – Refleksi dan evaluasi adalah tahap penting dalam pelatihan Character Building dengan pendekatan Experiential Learning. Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi proses pembelajaran, serta mengevaluasi kemajuan peserta pelatihan dalam mencapai tujuan pelatihan.

Aktivitas refleksi dan evaluasi biasanya dilakukan pada akhir setiap sesi atau pada akhir keseluruhan pelatihan. Peserta diminta untuk mempertimbangkan pengalaman mereka selama sesi dan memberikan umpan balik mengenai apa yang mereka pelajari, bagaimana pengalaman tersebut mempengaruhi pandangan mereka, dan apa yang dapat ditingkatkan di masa depan.

Dalam aktivitas refleksi dan evaluasi, fasilitator pelatihan dapat menggunakan berbagai teknik, seperti diskusi kelompok, kuesioner, atau wawancara individu. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap peserta dapat berpartisipasi secara aktif dan memberikan umpan balik yang jujur dan bermanfaat.

Sesi refleksi untuk menggali pembelajaran dari aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan

Character Building – Sesi refleksi pada pelatihan Character Building dengan pendekatan Experiential Learning memiliki tujuan untuk menggali pembelajaran dari aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan. Dalam sesi ini, peserta pelatihan diminta untuk merefleksikan pengalaman yang mereka alami selama aktivitas-aktivitas pelatihan dan mencari hikmah serta pelajaran yang bisa diambil. Hal ini dilakukan agar peserta pelatihan dapat memahami proses pembelajaran yang terjadi dalam diri mereka dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu ditingkatkan dalam karakter pribadi mereka.

Dalam sesi refleksi, peserta pelatihan akan didampingi oleh fasilitator atau pelatih yang akan membimbing mereka dalam melakukan proses refleksi. Fasilitator akan membantu peserta pelatihan untuk mengidentifikasi aspek-aspek positif dan negatif dari setiap aktivitas, serta membantu mereka untuk menarik kesimpulan dan membuat rencana aksi untuk meningkatkan karakter pribadi mereka. Sesi refleksi ini sangat penting untuk menjamin kesuksesan dari pelatihan Character Building dengan pendekatan Experiential Learning karena membantu peserta pelatihan untuk memperdalam pemahaman mereka tentang pembelajaran yang telah terjadi dan meningkatkan kesadaran diri tentang keterampilan dan nilai-nilai yang perlu ditingkatkan.

Evaluasi pelatihan oleh peserta dan fasilitator

Character Building – Evaluasi pelatihan oleh peserta dan fasilitator adalah bagian penting dari pelatihan Character Building dengan pendekatan Experiential Learning. Evaluasi ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana tujuan pelatihan telah tercapai, mengetahui kekuatan dan kelemahan dari program pelatihan, serta mendapatkan umpan balik yang konstruktif dari peserta dan fasilitator pelatihan.

Peserta pelatihan akan diminta untuk mengisi kuesioner evaluasi setelah pelatihan selesai dilakukan. Kuesioner evaluasi ini akan berisi pertanyaan terkait kesan dan pemahaman mereka terhadap materi pelatihan, seberapa jelas dan mudah dipahami penyampaian materi, serta saran dan masukan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Sementara itu, fasilitator pelatihan juga akan mengevaluasi pelatihan yang telah dilakukan. Evaluasi ini meliputi penilaian terhadap proses pelatihan, efektivitas metode Experiential Learning yang digunakan, dan kemajuan peserta pelatihan selama pelatihan berlangsung. Hasil evaluasi dari peserta dan fasilitator akan digunakan sebagai bahan evaluasi dan perbaikan program pelatihan di masa yang akan datang.

Simpulan dan FAQ Character Building Training

Outbound sebagai metode dalam pelatihan Character Building adalah bagian dari pemikiran pendidikan Dr. Kurt Hahn, seorang ilmuwan kebangsaan Jerman pada tahun 1941 yang terambil dari istilah Outward Bound dan berasal dari kata out of boundaries.

Dalam Outbound seorang peserta pelatihan akan diperhadapkan pada pembelajaran dari pengalaman (experiential Learning) melalui tahapan pembentukan pengalaman (experience), perenungan pengalaman (reflect), pembentukan konsep (form concept) dan pengujian konsep (test concept). 


Q : Apa itu Character Building Training?

A : Character Building Training adalah pelatihan yang dirancang untuk membantu individu mengembangkan karakter yang kuat dan positif. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pribadi seperti integritas, tanggung jawab, empati, dan kerjasama.

Q : Mengapa Character Building Training penting?

A : Character Building Training penting karena karakter yang kuat dan positif merupakan fondasi bagi keberhasilan pribadi dan profesional. Karakter yang baik dapat membantu individu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, membuat keputusan yang bijaksana, dan menghadapi tantangan dengan cara yang efektif.

Q : Siapa yang dapat mengikuti Character Building Training?

A : Siapapun dapat mengikuti Character Building Training. Pelatihan ini cocok untuk individu dari segala usia dan latar belakang yang ingin mengembangkan karakter yang kuat dan positif.

Q : Apa saja topik yang dibahas dalam Character Building Training?

A : Topik yang dibahas dalam Character Building Training dapat bervariasi tergantung pada program pelatihan tertentu. Namun, topik umum yang sering dibahas meliputi integritas, tanggung jawab, empati, kerjasama, komunikasi efektif, pengambilan keputusan, dan penyelesaian konflik.

Q : Berapa lama durasi Character Building Training?

A : Durasi Character Building Training dapat bervariasi tergantung pada program pelatihan tertentu. Namun, pelatihan ini biasanya berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

Q : Apakah ada persyaratan khusus untuk mengikuti Character Building Training?

A : Tidak ada persyaratan khusus untuk mengikuti Character Building Training. Namun, beberapa program pelatihan mungkin memiliki persyaratan tertentu seperti usia minimum atau tingkat pendidikan tertentu.

Q : Bagaimana cara menemukan program Character Building Training yang berkualitas?

A : Untuk menemukan program Character Building Training yang berkualitas, Anda dapat mencari informasi tentang program pelatihan tersebut di internet atau bertanya kepada teman atau kolega yang pernah mengikuti pelatihan tersebut. Pastikan untuk memilih program pelatihan yang memiliki reputasi baik dan instruktur yang berkualitas.

Q : Apakah ada sertifikat yang diberikan setelah menyelesaikan Character Building Training?

A : Beberapa program Character Building Training mungkin memberikan sertifikat kepada peserta yang telah menyelesaikan pelatihan tersebut. Namun, tidak semua program pelatihan memberikan sertifikat.

Q : Apakah ada biaya untuk mengikuti Character Building Training?

A : Biaya untuk mengikuti Character Building Training dapat bervariasi tergantung pada program pelatihan tertentu. Beberapa program pelatihan mungkin gratis, sedangkan lainnya mungkin memerlukan biaya pendaftaran.

Q : Kemana jika kami akan merencanakan pelatihan character building?

A : Jika perusahaan Anda berencana untuk menyelenggarakan pelatihan character building dengan metode Outbound, jangan ragu untuk menghubungi Hotline di +62 811-140-996.


Beranda » Human Resources

The post Character Building Training ; Pelatihan SDM di Bogor appeared first on HEXs Indonesia.

]]>